MANAJEMEN PARIWISATA
NAMA : IDAWATI MANIK
KELAS : 3SA02
NPM : 13611460
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
....................................................
1
BAB I PENDAHULUAN
............................................. 2
I.I
Latar
Belakang .............................................
2
I.II
Permasalahan .............................................
3
I.III
Tujuan .....................................................
3
BAB II RINGKASAN
............................................. 4
II.I
Management Pariwisata
.....................................
. 4
II.II
Prinsip-prinsip Dasar Pengelolaan
Pariwisata
................ 5
BAB III
PENUTUP
.............................................. 6
III.I
Kesimpulan ......................................................
6
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan
atas kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik, adapun penyajian dan penjabaran dalam
makalah ini membahas mengenai ”Manajemen Pariwisata”. Dalam kesempatan ini
tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini.
Penulis juga menyadari sepenuhnya
bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan
saran yang ada relevansinya dengan penyempurnaan makalah ini sangat penulis
harapkan, kritik dan saran sekecil apapun akan penulis perhatikan dan
dipertimbangkan guna penyempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini mampu
memberikan manfaat dan nilai tambah bagi dosen, mahasiswa/i dan teman–teman
sekalian.
JAKARTA , 7 NOVEMBER 2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Berwisata saat
ini tidak lagi dipandang sebagai kebutuhan yang tersier, melainkan kebutuhan
primer. Berbagai faktor dapat mempengaruhi seseorang untuk mengadakan
perjalanan. Kebanyakan orang bepergian atau berwisata dengan tujuan untuk
bersenang – senang seperti tujuan wisatawan pada umumnya. Tetapi tidak jarang
orang memanfaatkan waktunya untuk bersenang – senang sekaligus menambah
wawasan, pengetahuan, dan keterampilan tentang sesuatu hal. Dengan kata lain
mereka datang ke suatu tempat tidak saja hanya untuk melihat – lihat tetapi
memiliki tujuan yang lebih dari itu, yaitu sesuatu yang berharga yang tidak
mungkin didapatinya di tempat asalnya. Jadi Perjalanan yang dilakukan oleh
seseorang dipengaruhi oleh faktor dari dalam (diri sendiri) seperti kesehatan
pendidikan, keuangan, dan faktor dari luar (apa yang ada di derah tujuan)
seperti iklim, letak geografis, special event, dan lain sebagainya.
Pada
suatu jasa diuji dalam setiap penyajian dan pelayanan jika suatu objek tidak
mampu memberikan apa yang diharapkan pelanggan, maka pengunjung akan berpikir
dua kali untuk datang berwisata.
Pengunjung menciptakan harapan mereka
dari pengalaman masa lalu, cerita dari mulut ke mulut dan iklan. Jika
pengunjung merasa tidak puas dengan apa yang ada pada objek wisata Pantai
Cermin maka merka akan kecewa. Kekecewaan itu akan menimbulkan beberapa
kemungkinan yaitu tidak menceritakan pengalamannya berwisata di tempat itu atau
menceritakan keburukan dan kebobrokan yang akan mengakibatkan calon pengunjung
akan merasa enggan untuk berwisata.
Indonesia juga memiliki banyak objek
wisata yang berpotensi untuk dikembangkan. Salah satunya adalah objek wisata
Pantai Cermin yang terletak di Deli Serdang. Objek wisata ini khas dengan air
terjunnya yang indah dan mengesankan untuk dinikmati.
Keindahan
dan kelestarianya cukup membuat para wisatawan merasa puas jika melakukan
wisata ke tempat ini. Hanya masih banyak wisatawan yang berasal dari masyarakat
lokal maupun luar yang belum mengenalnya. Hal ini diakibatkan
kurangnya kepedulian masyarakat dan pemerintah setempat bahwa pariwisata
tersebut dapat meningkatkan pembangunan di daerahnya. Hal ini jelas terlihat
dari detrminan kualitas jasa pariwisata yang diberikan masih sangat
memprihatinkan.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat di rumuskan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana
meningkatkan determinan kualitas jasa pada objek wisata Pantai Cermin ?
2. Adakah
determinan kualitas jasa yang dominan yang dapat dilakuakan untuk mengembangkan
objek wisata ?
1.3. Tujuan Penulisan Makalah
Adapun tujuan penulisan makalah ini
adalah :
1. Untuk
meningkatkan determinan kualitas jasa pada objek wisata.
2. Untuk
mengetahui apakah ada determinan kualitas jaya yang dominan yang dapat
dilakukan untuk mengembangkan objek wisata.
BAB II
RINGKASAN
2.1. MANAJEMEN PARIWISATA
Ada beberapa pengertian
tentang industri pariwisata, antara lainnya sebagai kumpulan dari macam-macam
perusahaan yang secara bersama menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa (goods
and service) yang dibutuhkan para wisatawan pada khususnya dan traveler pada
umumnya, selama dalam perjalanannya. (Yoeti, 1985, p.9).
Pengertian tentang industri pariwisata yang lainnya adalah suatu susunan organisasi, baik pemerintah maupun swasta yang terkait dalam pengembangan, produksi dan pemasaran produk suatu layanan yang memenuhi kebutuhan dari orang yang sedang bepergian. (Kusudianto, 1996, p.11).
Pengertian tentang industri pariwisata yang lainnya adalah suatu susunan organisasi, baik pemerintah maupun swasta yang terkait dalam pengembangan, produksi dan pemasaran produk suatu layanan yang memenuhi kebutuhan dari orang yang sedang bepergian. (Kusudianto, 1996, p.11).
Kepariwisataan dan Pariwisata
Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata (Yoeti, 1997, p.194). Wisata merupakan suatu kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata. Sedangkan wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata. “Tourism is an integrated system and can be viewed in terms of demand and supply. The demand is made up of domestic and international tourist market. The supply is comprised of transportations, tourist attractions and activities, tourist facilities, services and related infrastructure, and information and promotion. Visitors are defined as tourist and the remainder as same-day visitors”.
Pada garis besarnya, definisi tersebut menunjukkan bahwa kepariwisataan memiliki arti keterpaduan yang di satu sisi diperani oleh faktor permintaan dan faktor ketersediaan. Faktor permintaan terkait oleh permintaan pasar wisatawan domestik dan mancanegara. Sedangkan faktor ketersediaan dipengaruhi oleh transportasi, atraksi wisata dan aktifitasnya, fasilitas-fasilitas, pelayanan dan prasarana terkait serta informasi dan promosi.
Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata (Yoeti, 1997, p.194). Wisata merupakan suatu kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata. Sedangkan wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata. “Tourism is an integrated system and can be viewed in terms of demand and supply. The demand is made up of domestic and international tourist market. The supply is comprised of transportations, tourist attractions and activities, tourist facilities, services and related infrastructure, and information and promotion. Visitors are defined as tourist and the remainder as same-day visitors”.
Pada garis besarnya, definisi tersebut menunjukkan bahwa kepariwisataan memiliki arti keterpaduan yang di satu sisi diperani oleh faktor permintaan dan faktor ketersediaan. Faktor permintaan terkait oleh permintaan pasar wisatawan domestik dan mancanegara. Sedangkan faktor ketersediaan dipengaruhi oleh transportasi, atraksi wisata dan aktifitasnya, fasilitas-fasilitas, pelayanan dan prasarana terkait serta informasi dan promosi.
Pengertian Pariwisata
Menurut definisi yang luas pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu. Suatu perjalanan dianggap sebagai perjalanan wisata bila memenuhi tiga persyaratan yang diperlukan, yaitu :
a. Harus bersifat sementara
b. Harus bersifat sukarela (voluntary) dalam arti tidak terjadi karena dipaksa.
c. Tidak bekerja yang sifatnya menghasilkan upah ataupun bayaran.
Dalam kesimpulannya pariwisata adalah keseluruhan fenomena (gejala) dan hubungan-hubungan yang ditimbulkan oleh perjalanan dan persinggahan manusia di luar tempat tinggalnya. Dengan maksud bukan untuk tinggal menetap dan tidak berkaitan dengan pekerjaan-pekerjaan yang menghasilkan upah. (Sejarah Pariwisata dan Perkembangannya di Indonesia, hal. 3)
Menurut definisi yang luas pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu. Suatu perjalanan dianggap sebagai perjalanan wisata bila memenuhi tiga persyaratan yang diperlukan, yaitu :
a. Harus bersifat sementara
b. Harus bersifat sukarela (voluntary) dalam arti tidak terjadi karena dipaksa.
c. Tidak bekerja yang sifatnya menghasilkan upah ataupun bayaran.
Dalam kesimpulannya pariwisata adalah keseluruhan fenomena (gejala) dan hubungan-hubungan yang ditimbulkan oleh perjalanan dan persinggahan manusia di luar tempat tinggalnya. Dengan maksud bukan untuk tinggal menetap dan tidak berkaitan dengan pekerjaan-pekerjaan yang menghasilkan upah. (Sejarah Pariwisata dan Perkembangannya di Indonesia, hal. 3)
2.2. Prinsip-prinsip Pengelolahan Pariwisata
Prinsipnya adalah pembangunan pariwisata harus
dapat dibangun dengan melibatkan masyarakat lokal , visi pembangunan pariwisata
mestinya dirancang berdasarkan ide masyarakat lokal dan untuk
kesejahteraan masyarakat lokal . Pengelolaan kepariwisataan yang telah dibangun
mestinya juga melibatkan masyarakat lokal sehingga masyarakat lokal punya
rasa memiliki serta peduli terhadap keberlanjutan pariwisata. Masyarakat lokal
harusnya menjadi pelaku bukan menjadi penonton. Menciptakan keseimbangan antara
kebutuhan wisatawan dan masyarakat. Kepentingan pemberdayaan ekonomi
masyarakat adalah tujuan yang didasarkan atas kerelaan untuk membentuk kualitas
destinasi yang diharapkan oleh wisatawan. Keseimbangan tersebut akan dapat
terwujud jika semua pihak dapat bekerjasama dalam satu tujuan sebagai sebuah
komunitas yang solid. Komunitas yang dimaksud adalah masyarakat lokal ,
pemerintah lokal , industri pariwisata, dan organisasi kemasyarakatan yang
tumbuh dan berkembang pada masyarakat di mana destinasi pariwisata
dikembangkan. pembangunan harus melibatkan para pemangku kepentingan, dan
melibatkan lebih banyak pihak akan mendapatkan input yang lebih baik. Pelibatan
para pemangku kepentingan harus dapat menampung pendapat organisasi
kemasyarakatan lokal , melibatkan kelompok masyarakat miskin, melibatkan kaum
perempuan, melibatkan asosiasi pariwisata, dan kelompok lainnya dalam
masyarakat yang berpotensi mempengaruhi jalannya pembangunan. Dalam sosiologi atau ilmu
kemasyarakatan, terdapat beberapa kelompok berpengaruh dalam masyarakat, dan
jika menghendaki pembangunan pariwisata di suatu daerah bekelanjutan,
mestinya semua kelompok dalam masyarakat dapat dilibatkan untuk menampung
segala masukan dan saran-sarannya untuk pembangunan. Harus disadari, setiap
saat kelompok berpengaruh dalam masyarakat dapat bertambah atau berkurang
jumlahnya seiring dengan berkembangnya kebebasan berdemokrasi.
Keterlibatan
masyarakat dalam pembangunan adalah kondisi yang diinginkan dan mungkin
menjadi elemen yang paling penting dari manajemen pertumbuhan. Mengembangkan
mekanisme yang tepat untuk menggabungkan pandangan berbeda adalah penting untuk
keberhasilan pembangunan yang menyesuaikan kepentingan masyarakat dan wisatawan
secara bersama-sama (Cleveland dan Hansen, 1994).
Masing-masing
kelompok masyarakat memiliki kebutuhan yang sangat berbeda dalam hal fasilitas
perumahan dan pelayanan. Alternatif mekanisme, seperti pertemuan kelompok kecil
yang lebih informal, telah digunakan dalam beberapa kasus. Dalam hubungannya
dengan proses ini, informasi komunitas yang aktif dan program publisitas
(misalnya, melalui talk show radio, newsletter, dll) sering diperlukan untuk
memastikan bahwa masyarakat dapat memberikan masukan dalam proses manajemen
pertumbuhan (Gill, 1992).
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Kesimpulan yang diperoleh dalam
penyusunan ini adalah bahwa suatu masyrakat yang memiliki corak kebudayaan
tradisional sangat rentan terhadap pengaruh kebudayaan dari luar. Hal ini
dikarenakan pola pikir masyarakat yang masih sangat kurang dan kebudayaan
mereka yang dirasa kurang sesuai lagi dengan kehidupan masyarakat yang selalu berkembang
sejalan peradaban waktu. Salah satu faktor yang secara tidak langsung berperan
memfasilitasi adanya suatu pengaruh kebudayaan dari luar adalah sektor
pariwisata. Pada dasarnya kegiatan pariwisata merupakan kegiatan bepergian
seorang maupun sekelompok orang dengan tujuan mencari hiburan, penyegaran,
kunjungan atau dengan tujuan yang lain. Dan pastinya masyarakat dengan suatu
kebudayaan berkunjung ke suatu tempat dengan kebudayaan yang berbeda pula, dan
tidak menutup kemungkinan adanya suatru asimilasi maupun akulturasi kebudayaan
yang mampu merubah dan mempengaruhi kebudayaan masyarakat yang didatangi oleh
wisatawan. Pariwisata juga sebagai aset Negara Indonesia untuk memajukan
Indonesia, membuat lapangan pekerjaan serta banyak sekali wisata kuliner dan
budayanya.